Rabu, 13 Januari 2010

Sampah Adalah HidupKu..!!

Sejatinya Bantar Gebang merupakan salah satu kecamatan di kota bekasi, provinsi jawa barat, Indonesia. Bantar gebang ini dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) untuk sampah - sampah di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya. kawasan seluas 108 hektar ini dapat menampung hingga 200 ton kubik sampah perharinya, yang diangkut dengan menggunakan 900 unit truk sampah.
Tak banyak yang dapat dilihat dari kawasan ini, kecuali tumpukan sampah yang menggunung hingga mencapai ketinggian 12 meter dan truk - truk sampah yang lalu lalang setiap harinya. Bau busuk sampah yang sangat menyengat juga mewarnai kondisi bantar gebang yang sangat berantakan. Sampah memang hal yang tak dapat dihidari dari kehidupan manusia. Namun tidak semua sampah membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia. Contohnya di bantar gebang ini, tupukan sampah yang menggunung dijadikan sebagai lahan mengais rezeki. "Kami hidup dari sampah - sampah ini..!!", ujar penduduk asli yang berprofesi sebagai pemulung.


Bantar Gebang Download




Kondisi Masyarakat yang hidup di daerah Bantar Gebang sebagian besar adalah masyarakat yang kehidupannya serba berkekurangan dan bermata pencaharian sebagai pemulung, Hidup mereka hanya digantungkan pada sampah-sampah yang ada disekitar mereka. Namun tidak semudah yang dibayangkan, menjadi pemulung tidak begitu menghasilkan banyak keuntungan, sehingga banyak dari mereka yang hidup miskin dan melarat.

Sebut saja Pak Rohimin, orang yang sudah 10 tahun menjadi pemulung dan menggantungkan hidup pada tumpukan sampah - sampah. Pria berusia 48 tahun ini menjadikan gunung - gunung sampah sebagai lahan mengais rupiah. Dengan sampah - sampah ini lah pak Rohimin dan keluarga menggantungkan hidupnya. Pak Rohimin memiliki 8 orang anak, 2 diantaranya tinggal bersamanya, anak yang paling kecil masih sekolah di bangku kelas 4 SD Sumur Batu dan anaknya yang besar membantunya mencari sampah-sampah yang masih dapat diolah. Pria asal Karawang ini mengais sisa-sisa sampah dan barang bekas serta mainan yang masih bisa dipakai lalu dikumpulkan dan dijual ke pengolah barang-barang bekas. Barang-barang bekas yang sanggup dikumpulkannya setiap dua minggu berkisar 1,5 sampai 2 ton. Barang-barang tersebut kemudian ditimbang sesuai dengan jenisnya. Pak Rohimin bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 6 sore. Beban yang harus ditanggung Pak Rohimin seakan bertambah karena anaknya yang masih duduk di bangku kelas 4 SD. Pak Rohimin berkata "harapan saya satu besarin anak, kalo punya modal ngga kerja disini lagi pengennya dagang".

Pak Rohimin dan keluarga tinggal di sebuah rumah sederhana berukuran 2x3m, beratap seng dan terletak di pinggir jalan yang penuh dengan sampah yang dapat menjadi sarang penyakit. Namun hal ini tidak menghentikan langkah pak Rohimin, Pak Rohimin tetap membating tulang demi menghidupi keluarganya dan bertekad menyekolahkan anak nya hingga tamat. Pak Rohimin berusaha mempertahan kan hidup walaupun hanya dengan mengais sampah sekalipun.
Kehidupan terus berjalan yang secara tidak langsung menuntun kita umat manusia agar tak berhenti berusaha. Dari kisah kehidupan Pak Rohimin, kita dapat memetik hikmah bahwa hidup harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh-NYA . Jangan perah menyerah atas kesusahan yang sedang dialami "Karena hidup adalah perjuangan" .

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar Mu